Featured Video


Free chat widget @ ShoutMix

Aset Koruptor Indonesia di Singapura 783 Triliun

Keseriusan Singapura melaksanakan perjanjian ekstradisi dpertanyakan karena para koruptor RI yang kabur ke Singapura juga memiliki investasi di Singapura. Total dana orang Indonesia yang diparkir di sana mencapai sekitar US$ 87 miliar atau setara dengan Rp 783 triliun.

Ternyata Rokok Tidak Berbahaya

Dari penyelidikan beberapa pakar kesehatan mengatakan rokok itu sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan mereka berusaha membuktikannya dengan kisah-kisah yang sudah lama terpendam sejak zaman dahulu kala.

Bung Karno Geram, Ike John Repot

Negara digdaya itu dibikin malu Indonesia ketika pilotnya, Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka. Kedok yang membuktikan AS melalui CIA sudah main api dengan petualangannya di balik pemberontakan separatisme di Indonesia.

Bahaya Imunisasi dan Konspirasi Yahudi

Merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional.

Mari Teliti Sebelum Membeli

Secara lahir, produk yang mengandung bahan berbahaya akan memberikan dampak yang merugikan bagi kesehatan. Sedangkan secara batin, mengkonsumsi produk tidak halal akan berdosa. Oleh karena itu konsumen perlu sekali memahami informasi tentang produk yang akan dikonsumsinya.

Showing posts with label Info sehat. Show all posts
Showing posts with label Info sehat. Show all posts

Film SpongeBob SquarePants merusak mental anak

Karakter kartun SpongeBob SquarePants menciptakan masalah pada anak berusia empat tahun, demikian yang diungkapkan kantor berita AAP mengutip hasil penelitian terbaru di Australia.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil penelitian yang melibaatkan 60 anak yang secara acak ditugaskan menonton SpongeBob.  Segera setelah sembilan menit menonton karakter itu, anak-anak tersebut mengalami masalah fungsi mental. Diketahui anak-anak yang menonton SpongeBob lebih buruk keadaan fungsi mentalnya ketimbang yang tidak menontonnya.

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan tayangan televisi dengan masalah konsentrasi jangka panjang anak, namun penelitian terakhir ini menunjukkan bahwa masalah bisa muncul lebih cepat dari eksposur yang sangat kecil.

Sementara itu, film kartun anak biasanya berisi adegan action selama 22 menit, sehingga menontonnya secara penuh akan lebih merugikan lagi, kata para peneliti.  Meskipun demikian para peneliti mengatakan dibutuhkan lebih banyak bukti untuk menguatkan asumsi tersebut.

“Hasil penelitian ini mesti ditafsirkan hati-hati mengingat kecilnya skala studi ini, namun datanya kuat dan mendukung gagasan bahwa ekposur media berkaitan dengan isu kesehatan”, kata Dr Dimitri Christakis, spesialis perkembangan anak pada Rumah Sakit Anda Seattle.

Christakis juga menjelaskan bahwa orangtua perlu memahami bahwa acara-acara yang perpindahan antargambarnya sangat cepat, mungkin tidak layak dikonsumsi oleh anak yang masih sangat muda usianya.

“Apa yang ditonton anak-anak adalah bukan hanya soal bagaimana mereka melihatnya,” katanya seperti dikutip kantor berita Australia, AAP.

Profesor psikologi pada Universitas Virginia, Angeline Lillard, juga mengungkapkan bukan hanya SpongeBob produksi Nickelodeon saja yang bermasalah, tapi juga acara kartun lainnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan orangtua mesti menyadari bahwa anak kecil gampang disusupi dan sesegera mungkin menggunakan kontrol dirinya begitu menyaksikan tayangan-tayangan.

“Saya tak akan menyarankan anak-anak melihat tayangan-tayangan seperti itu saat mereka dalam usia akan sekolah atau kapan pun mereka diharapkan memperhatikan dan belajar,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Nickelodeon, David Bittler, menyanggah temuan para peneliti tersebut dan berkilah bahwa SpongeBob SquarePants pada dasarnya diperuntukkan anak berusia 6-11, bukan yang berusia 4 tahun.

SpongBob Dapat Merusak Konsentrasi Anak

Sebuah temuan dari penelitian mengenai serial kartun Spongo Bob membeberkan fakta yang mengejutkan.Menurut psikolog, menonton kartun yang berjalan cepat seperti SpongeBob SquarePants dapat merusak konsentrasi dan perilaku anak.

Hasil beberapa pengujian menunjukkan bahwa anak-anak usia empat tahun yang menonton beberapa menit acara televisi populer itu kurang mampu memecahkan masalah. Selain itu, dari penelitian itu juga ditemukan bahwa anak-anak yang menonton acara itu kurang bisa memfokuskan perhatian sesudahnya dibandingkan mereka yang melihat program yang kurang ingar-bingar atau hanya duduk menggambar.

Para peneliti mengatakan ini bisa terjadi karena anak-anak meniru perilaku kacau karakter TV favorit mereka itu, atau karena kartun yang bergerak cepat dan tidak logis membuat mereka lebih bersemangat.

Para ahli menyarankan orang tua mempertimbangkan dengan hati-hati program mana yang mereka izinkan untuk ditonton anak serta mendorong mereka menikmati aktivitas yang lebih tenang dan kreatif.

Angeline Lillard dari University of Virginia, yang melakukan percobaan itu, mengatakan, "Orang tua harus tahu bahwa anak-anak yang baru saja menonton SpongeBob SquarePants, atau acara seperti itu, mungkin harus mengorbankan kemampuan mereka untuk belajar dan berperilaku dengan pengendalian diri."

"Anak mulai belajar bagaimana berperilaku serta bagaimana belajar. Di sekolah, mereka harus berperilaku baik, mereka perlu duduk di meja dan makan dengan benar, mereka harus hormat, dan semua itu membutuhkan fungsi eksekutif."

"Jika seorang anak baru saja menonton acara televisi yang memiliki cacat kemampuan ini, kita tidak bisa mengharapkan anak untuk berperilaku pada tingkat normal dalam situasi sehari-hari."

SpongeBob SquarePants, sebuah serial animasi yang telah ditampilkan pada saluran kabel Nickelodeon sejak 1999, menceritakan kisah dari sebuah spon laut yang bekerja pada sebuah restoran makanan cepat bawah air. Meskipun humor surealisnya populer bagi orang dewasa dan anak-anak, acara itu telah dikritik oleh beberapa orang Kristen evangelis karena diduga mempromosikan homoseksualitas.

Dalam laporan yang baru dipublikasikan dalam jurnal akademik Pediatrics, Prof. Lillard dan rekan membandingkan anak-anak yang menyaksikan acara itu selama sembilan menit dengan mereka yang telah menghabiskan waktu yang sama menggambar atau menonton kartun Kanada yang lebih realistis dan lebih lambat, Caillou.

Mereka menemukan perbedaan kecil dalam perilaku dan kinerja antara kelompok menggambar dan kelompok Caillou.

Tapi anak empat tahun yang telah menyaksikan SpongeBob menunjukkan fungsi eksekutif--kemampuan memusatkan perhatian, memecahkan masalah, dan mengatur perilaku mereka--sungguh membahayakan.

Prof. Lillard mengatakan, "Ini mungkin karena karakter terus bergerak dari satu hal ke fantasi ekstrem berikutnya, dan di mana karakter melakukan hal-hal yang tidak masuk akal di dunia nyata. Hal ini dapat mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi segera sesudahnya."

"Kemungkinan lain adalah anak-anak mengidentifikasi karakter tanpa fokus dan ingar-bingar itu, kemudian mengadopsi karakteristik mereka." pungkasnya.

Selain itu para netters pun selama ini kerap memberitakan bahwa acara spongebob bagian dri Mind Control terhadap anak-anak. Dalam tayangan ini, tidak sedikit tampilan mata satu mencuat sebagai karakteristik mata Dajjal seperti salah satu tokohnya yang menjadi plankton

Mengenal penyakit Narsis

Istilah narsis lebih sering diartikan sebagai orang yang 'gila foto' dan membanggakan diri sendiri. Padahal, narsis merupakan salah satu penyakit mental atau gangguan psikologis. Kenapa orang bisa menjadi narsis?

Narsis atau yang dalam istilah ilmiah disebut Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah gangguan psikologis ketika seseorang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi untuk kepentingan pribadinya dan juga rasa ingin dikagumi.

Narsis termasuk salah satu dari tipe penyakit kepribadian. Seseorang yang menderita gangguan narsis biasanya diiringi juga dengan pribadi yang emosional, lebih banyak berpura-pura, antisosial dan terlalu mendramatisir sesuatu.

Namun, di balik topeng kepercayaan diri yang tinggi terdapat sebuah harga diri yang rapuh dan sensitif terhadap setiap kritik kecil. Hal ini terjadi dengan sendirinya dan jika gangguan ini begitu kuat sehingga mengasingkan seseorang dari masyarakat, maka perlu mengambil langkah-langkah penyembuhan, seperti melakukan psikoterapi.

Narsisme lebih mungkin terjadi pada usia muda dan mungkin disebabkan karena pendidikan yang 'tidak sehat', contohnya orangtua yang terlalu memanjakan anaknya. Anak yang selalu dimanja dan mendapat banyak perhatian, cenderung mengharapkan perhatian yang sama di kemudian hari, seperti dilansir Healthmad, Sabtu (25/6/2011).

Penyebab lain yaitu sikap terlalu diabaikan atau pelecehan saat masih usia anak-anak. Seseorang yang terabaikan di masa kecil dapat berubah yang akhirnya mencoba 'menangkap' perhatian yang dulu tak diperolehnya. Kebutuhan akan perhatian ini akhirnya bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan narsisme.

Faktor lain adalah karena efek perubahan kesuksesan atau transient effect of success. Sebagai contoh, seorang gadis muda dan sangat cantik mendapat banyak perhatian karena kecantikannya. Namun setelah 20 tahun kemudian, kecantikannya telah memudar dan tidak mendapatkan perhatian yang sama dari orang-orang disekitarnya.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders serta American Psychiatric Association menyebutkan beberapa gejala dan kriteria penyakit narsis, diantaranya :
  1. Mementingkan diri sendiri, melebih-lebihkan prestasi dan bakat yang dimiliki, berharap dikenal sebagai orang unggul tanpa ada hasil atau pencapaian tertentu. 
  2. Terlalu bangga dengan fantasinya dan memiliki tujuan yang tidak realistik tentang keberhasilan yang tiada batas, kekuatan, kepintaran, kecantikan atau kisah cinta yang ideal.
  3. Percaya bahwa dirinya sangat spesial dan hanya bisa bergabung atau bergaul dengan orang-orang yang juga memiliki status tinggi.
  4. Memerlukan pujian yang berlebih ketika melakukan sesuatu
  5. Memiliki keinginan untuk diberi julukan tertentu
  6. Bersikap egois dan selalu mengambil keuntungan dari setiap kesempatan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya
  7. Tidak memiliki perasaan empati terhadap sesama
  8. Selalu merasa iri hati dengan keberhasilan orang lain dan percaya bahwa orang lain juga iri padanya
  9. Menunjukkan sifat arogan dan merendahkan orang lain 
  10. Mudah terluka, emosional dan memiliki pribadi yang lemah

Cara Islami Vs Cara Barat

Australia menghentikan ekspor sapi ke Indonesia setelah beredar video kekejaman terhadap sapi Australia. Industri sapi ternak Australia menginginkan RPH di Indonesia memberlakukan standard World Organisation for Animal Health (OIE) salah satunya yaitu sapi dibuat pingsan dulu sebelum disembelih. Lebih 'berprikehewanankah' cara itu dibandingkan sapi disembelih dalam keadaan sadar?

Nanung Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta, membuat makalah mengenai hal ini. Di beberapa website Islam seperti baitul-ummah.org serta blog pribadi maupun forum komunitas, ringkasan makalah itu yang dibuat Usman Effendi tersebar.

Disebutkan dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman, yaitu Prof Dr Schultz dan koleganya Dr Hazim memimpin penelitian mengenai manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih.

Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih. Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu.

Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.

Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu arteri karotis dan vena jugularis.

Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof Schultz dan Dr Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Penyembelihan menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktik penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:

Pertama, pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.

Kedua, pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

Ketiga, setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: "No feeling of pain at all!" (tidak ada rasa sakit sama sekali).

Keempat, karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Penyembelihan dengan cara Dipingsankan

Pertama, segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan roboh. Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan tampaknya tanpa mengalami rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).

Kedua, segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

Ketiga, grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempat, karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.

Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.

Hasil penelitian Prof Schultz dan Dr Hazim juga membuktikan pisau tajam yang mengiris leher ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi keterkejutan otot dan saraf saja yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras.

Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Warna Urine Bisa Jadi Indikator Kesehatan

Jakarta, Urine bukanlah sekedar produk limbah dari tubuh. Berbagai tes kesehatan dilakukan dengan memanfaatkan urine. Bahkan warna urine dapat dijadikan indikator kesehatan. Bagaimana caranya? Urine merupakan produk limbah dari tubuh yang tidak mengandung racun. Urine mengandung 95 persen air, 2,5 persen urea dan sisanya 2,5 persen merupakan peleburan hormon, enzim, garam dan mineral.

Mari Teliti Sebelum Membeli!

Makin beragamnya produk makanan baik lokal maupun impor yang beredar di pasaran membuat konsumen muslim harus makin teliti sebelum membeli. Apa saja yang harus diperhatikan sebelum membeli produk terutama makanan?
'Teliti Sebelum Membeli' yang merupakan motto siaran niaga TVRI jaman baheula rasanya tetap tidak lekang dimakan waktu. Sikap konsumen untuk teliti dalam memilih produk yang akan dikonsumsinya harus selalu dilakukan. Bagi seorang muslim, kesalahan dalam memilih suatu produk yang dikonsumsinya dapat berujung pada kerugian lahir dan batin.

Perokok itu 'Awet Muda'

Setiap orang pasti ingin selalu awet muda dan menerapkan pola hidup sehat. Tetapi dalam artian lain, para perokok pun ternyata bisa 'awet muda'.

Hal ini disampaikan oleh Dr. H. Aulia Sani, SpJP(K) FJCC FIHA, pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI, dalam acara konferensi pers menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Jakarta, Rabu (26/5/2010).

"Rokok itu bikin 'awet muda', maksudnya perokok itu mati di usia muda, jadi mereka nggak bakal bisa tua," ujar dokter yang pernah menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Tidak mengherankan, karena rokok banyak membawa dampak negatif pada tubuh dan kesehatan, baik dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang.

Dalam jangka pendek saja, rokok bisa menyebabkan iritasi mata, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun, sirkulasi darah kurang baik, suhu ujung-ujung jari menurun, berkurangnya rasa mengecap dan membau, serta gigi dan kuku berwarna kuning sampai hitam.

Sedangkan efek jangka panjang lebih banyak lagi, mulai dari penyakit-penyakit di saluran pernapasan, paru, ginjal, pankreas, alat reproduksi, kanker dan kardivaskuler. Dan rokok merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner, di samping kolesterol dan hipertensi.

Rokok juga menjadi faktor risiko acute myocardial infarction (serangan jantung), stroke, kematian mendadak, dan meningkatkan percepatan aterosklerosis. Inilah yang membuat perokok menjadi 'awet muda' alias tipis harapan untuk dapat hidup hingga usia tua.

Untuk dapat terlepas dari jeratan rokok memang susah. Adiksi nikotin di dalam rokoklah yang membuat orang sangat susah untuk berhenti. Perokok butuh motivasi diri dan lingkungan untuk berani berhenti merokok.

Ketergantungan terhadap rokok dipengaruhi oleh multi dimensi. Faktor yang paling besar adalah faktor biologis, yaitu adiksi nikotin yang membuat orang kecanduan juga withdrawal (kondisi putus zat). Selain itu, ada juga faktor sosial berupa kebiasaan dan lingkungan, serta faktor perilaku dan psikologis.

Di Jakarta sendiri, jumlah total perokok aktif tercatat meningkat satu persen per tahun. Berdasarkan data itu, di Indonesia ada 1.172 orang meninggal dunia per hari karena penyakit
yang diakibatkan rokok.

Tidak hanya bagi perokok aktif, efek dari para perokok ini terhadap orang-orang di sekitarnya turut mencengangkan. Diperkirakan jumlah perokok pasif di Indonesia, menurut data BPS tahun 2004, yang berusia 0-14 tahun sejumlah 43 juta anak.

Sedangkan perokok pasif diatas 15 tahun diperkirakan sejumlah 45,6 juta. Asap yang ditimbulkan dari rokok perokok aktif, bahkan sampai 70 persen dihisap oleh perokok pasif.

"Perokok selalu memiliki banyak alasan untuk mempertahankan kebiasaan merokoknya, sekalipun ingin berhenti," ujar Dr Tribowo T Ginting, SpKJ, dokter spesialis Kedokteran Jiwa dari RSUP Persahabatan.

Dr Tribowo menuturkan bahwa diperlukan motivasi yang kuat bersumber dari diri sendiri maupun lingkungan orang terdekat. ketika para perokok merasa motivasinya menipis, lingkungan dapat segera mendukung dan menguatkannya kembali.

Untuk memotivasi para perokok yang ingin menghentikan kebiasaan merokoknya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan PT Pfizer Indonesia akan mengadakan acara kampanye bertajuk 'BREAK FREE Semangat Bebaskan Diri dari Jeratan Adiksi Nikotin' dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh tanggal 31 Mei 2010.

Melalui kampanye terpadu ini, diharapkan lebih banyak perokok di Indonesia yang ingin berhenti merokok akan berhasil membebaskan diri dari jeratan adiksi nikotin. Kampanye BREAK FREE bertujuan membantu para perokok yang berkeinginan berhenti merokok dengan memotivasinya, mengajak orang terdekatnya untuk memberikan dukungan dan menyediakan terapi farmakologi bagi yang membutuhkan.

Sebagai langkah awal, kampanye BREAK FREE menargetkan peningkatan keberhasilan berhenti merokok pada kelompok usia dewasa. Tidak hanya itu saja, kampanye ini juga menargetkan orang-orang terdekat dari si perokok yaitu para perokok pasif, misalnya keluarga atau sahabat-sahabatnya, sebagai faktor terkuat untuk mendorong perokok dalam membebaskan diri dari adiksi nikotin.

Bahaya Imunisasi & Konspirasi Yahudi

Tulisan ini diambil dari tulisan Tio Alexander yang memaparkan adanya konspirasi dalam program imunisasi yang digalakkan pemerintah. Semoga menjawab semua ke ingin tahuan sahabat semua, meski ini hanya sebagian. Ada banyak buku yang bisa menjadi referensi. Silahkan menambah pengetahuan dengan membaca buku-buku tentang bahaya imunisasi. Jika kita merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional.

Dan kenyataannya, mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya :

The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).
~ Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”

Wah hebat sekali ya penguasaan mereka pada lembaga-lembaga strategis. :shock:

Dilihat dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya imunisasi) adalah salah satu campur tangan (Baca : konspirasi) Zionisme dengan tujuan untuk menguasai dan memperbudak seluruh dunia dalam “New World Order” mereka.

Apa Kata Para Ilmuwan Tentang Vaksinasi?

“Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.”
~ Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika

“Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun.”
~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University

“Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.”

~ Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris

“Ketika vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan secara umum”.
~ dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional

“Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.”
~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962

“Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah kanker, penyakit autoimun, dan kasus autisme.”
~ Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional

“Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.”
~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika

“Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.”
~ Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”

Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya.
Dan ternyata faktanya di Jerman para praktisi medis, mulai dokter hingga perawat, menolak adanya imunisasi campak. Penolakan itu diterbitkan dalam “Journal of the American Medical Association” (20 Februari 1981) yang berisi sebuah artikel dengan judul “Rubella Vaccine in Suspectible Hospital Employees, Poor Physician Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa jumlah partisipan terendah dalam imunisasi campak terjadi di kalangan praktisi medis di Jerman. Hal ini terjadi pada para pakar obstetrik, dan kadar terendah lain terjadi pada para pakar pediatrik. Kurang lebih 90% pakar obstetrik dan 66% parak pediatrik menolak suntikan vaksin rubella.

Lalu mengapa bisa hal itu terjadi? Apa rahasia di balik vaksin dan imunisasi?

Menurut penelitian saya tentang imunisasi yang telah saya lakukan sejak beberapa tahun lalu. Saya berusaha mengaitkannya dengan metode ilmu genetik dalam Islam yang sedikit telah saya pahami.

Vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di negara-negara tersebut.

Vaksin tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita tau bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut.

Pernahkah anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih dalam keadaan suci?

DNA adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya.

Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tau asal usul dan wataknya bila tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut.

Pernahkan anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya?

Dari banyak sumber yang saya dengar selama ini, penelitian tentang virus dilakukan kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal itu disengaja?

Zat-zat kimia berbahaya dalam vaksin.

Vaksin mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium, yang dapat membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme, hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika.

Babi dalam Vaksin.

Penggunaan asam amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang baru. Bahkan kaum Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena babi memang diharamkan, seperti tertuang dalam Qur’an ayat berikut :

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Qur’an surah Al-Maidah (5) ayat 3

Bahkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan :

“Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.”

Imamat 11 : 7-8

Lalu mengapa Allah mengharamkan Babi?

1. Asam Amino manusia yang hanya sedikit berbeda dari binatang babi.

Asam amino adalah salah satu penyusun protein pada makhluk hidup. Jika kita melihat insulin pada manusia dan babi, maka hanya akan terpaut satu daripada babi. Berikut penjelasannya :

Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6
Penjelasan : hanya 1 asam amino berbeda

Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6
Penjelasan : ada 3 asam amino berbeda

Para produsen vaksin mengatakan bahwa jika menggunakan asam amino babi, maka mereka tidak memerlukan banyak proses penelitian lagi karena hanya terpaut satu asam amino. Berbeda dengan sapi yang terpaut 3 asam amino.

“Secara chemisty, DNA manusia dan babi hanya beda 3 persen. Aplikasi teknologi transgenetika membuat organ penyusun tubuh babi akan semakin mirip dengan manusia.”
~ Dr. Muladno, ahli genetika molekuler di Fakultas Peternakan ITB

Tapi sayangnya mereka lupa jika asam aminonya hampir identik berarti sama saja kita memakan daging manusia (kanibal), dan telah jelas bahwa kanibal dapat menyebabkan penyakit-penyakit genetik yang tidak bisa disembuhkan, termasuk penyakit syaraf dan lain-lain.

Di China, terdapat sebuah desa yang gemar memakan daging manusia yang melintas di desanya, yang kemudian digunakan untuk sebuah perayaan. Mereka mengatakan bahwa rasa daging manusia mirip dengan rasa daging babi.

2. Sifat babi yang buruk dapat menurun kepada manusia yang memakannya.

Seorang Imam Muslim bersama kawannya orang barat pernah melakuak test kepada 3 ekor babi dan 3 ekor ayam, masing masing adalah 2 jantan dan 1 betina. Dan hasilnya adalah :

Ketika 2 ekor ayam jantan dan 1 ayam betina dilepas, maka 2 ayam jantan tersebut bertarung hingga satu tewas/kalah untuk merebutkan betina. Namun apa yang terjadi ketika 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina dilepas ? ternyata babi jantan yang satu membantu yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya pada si betina.

Dan sang Imam berkata, “Inilah ! Daging babi itu membunuh ‘ghirah’ (rasa cemburu) orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian.”

Beberapa penelitian di barat juga banyak yang menyatakan bahwa memakan babi dapat mempengaruhi watak, resiko perselingkuhan, dan hasrat seksual yang melebihi ambang batas kewajaran sebagai manusia.

3. Tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas.

Babi memiliki berbagai reseptor dalam tubuhnya yang dapat menjadikan virus jinak yang masuk ke dalam tubuh babi kemudian keluar dalam keadaan ganas, diantaranya reseptor yang sangat dikenal para ilmuwan adalah reseptor alfa 2,6 sialic acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus influenza unggas. Virus-virus yang terikat ke dalam reseptor tersebut kemudian dapat berubah menjadi ganas. Selain itu reseptor-reseptor itu juga dapat mengikat dua jenis virus yang memiliki sifat yang berbeda, untuk kemudian di mixing menjadi satu virus ganas yang memiliki 2 sifat.

4. Banyaknya penyakit dalam tubuh Babi

Kita sudah mengetahui sejak Sekolah Dasar dahulu bahwa babi mengandung cacing pita yang sangat berbahaya. Cacing pita bahkan dapat mengganggu sistem syaraf dan dapat masuk hingga otak manusia. Selain cacing pita masih banyak penyakit lainnya yang disebabkan oleh babi melalui bakteri, karena kebiasaannya yang senang memakan kotoran, bahkan kotorannya sendiri.

5. Sifat aneh babi lainnya.

“Babi mempunyai sifat kembar antara binatang buas dan binatang jinak. Sifatnya yang menyerupai binatang buas adalah karena ia bertaring dan suka makan bangkai, sedangkan sifatnya yang menyerupai binatang jinak ialah karena ia berceracak dan makan rumput serta dedaunan lainnya.

Babi memiliki syahwat yang amat kuat, hingga pada saat ia kawin (bersetubuh), pejantan bertengger di atas betinanya yang berjalan bermil-mil jauhnya. Pejantannya mengejar-ngejar betina demikian kasar hingga terjadi perkelahian yang mungkin menewaskan salah satu atau menewaskan kedua-duanya.

Satu kali mengandung, babi betina dapat melahirkan dua puluh ekor anak. Pejantan mulai kawin bila telah berumur 8 bulan, sedangkan betinanya mulai melahirkan bila telah mencapai umur 6 bulan. Di beberapa negeri, babi kawin pada umur 4 bulan, betinanya mulai bunting setelah dikawini dan akan melahirkan setelah bunting selama enam atau tujuh bulan. Babi betina yang telah mencapai umur 15 tahun tidak dapat beranak. Jenis binatang ini adalah yang paling banyak mempunyai keturunan. Babi jantan merupakan binatang jantan yang paling tahan lama bertengger di atas betinanya (kawin).

Yang mengherankan, jika sebelah matanya dicungkil ia segera mati. Babi memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu kulitnya tidak dapat dikelupas kecuali jika dipotong lebih dulu daging yang berada di bawahnya.”

~ Kamal al-Din Muhammad ibn Musa al-Damiri, dalam Kitabul-Hayawan Al-Kubra

Bencana akibat vaksin yang tidak pernah dipublikasikan.

* Di Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2 mgg setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan anak anak usia 1-3 bulan.
* Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi universal.
* Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus.
* Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio, sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.
* Tahun 1989-1991 vaksin campak ”high titre” buatan Yugoslavia Edmonton-Zagreb diuji coba pada 1500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan latin, di kota Los Angeles, Meksiko, Haiti dan Afrika. Vaksin tersebut sangat direkomendasikan oleh WHO. Program dihentikan setelah di dapati banyak anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.
* Vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap sistem kekebalan tubuh anak-anak dalam waktu panjang selama 6 bulan sampai 3 tahun. Akibatnya anak-anak yang diberi vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal dunia dalam jumlah besar dari penyakit-penyakit lainnya WHO kemudian menarik vaksin-vaksin tersebut dari pasar di tahun 1992.
* Setiap program vaksin dari WHO di laksanakan di Afrika dan Negara-negara dunia ketiga lainnya, hampir selalu terdapat penjangkitan penyakit-penyakit berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus HIV penyebab Aids di perkenalkan lewat program WHO melalui komunitas homoseksual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika tengah melalui vaksin cacar.
* Desember 2002, Menteri Kesehatan Amerika, Tommy G. Thompson menyatakan, tidak merencanakan memberi suntikan vaksin cacar. Dia juga merekomendasikan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta pelaksaanaan vaksin itu. Sejak vaksinasi massal diterapkan pada jutaan bayi, banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem metabolisme, dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal kesehatan.
* Kenyataannya vaksin untuk janin telah digunakan untuk memasukan encephalomyelitis, dengan indikasi terjadi pembengkakan otak dan pendarahan di dalam. Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di Selandia Baru, setelah vaksin hepatitis B diberikan secara massal di kalangan anak-anak.
* Melaporkan bahwa, vaksin meningococcal merupakan ”Bom waktu bagi kesehatan penerima vaksin.”
* Anak-anak di Amerika Serikat mendapatkan vaksin yang berpotensi membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Berbagai macam imunisasi misalnya, Vaksin-vaksin seperti Hepatitis B, DPT, Polio, MMR, Varicela (Cacar air) terbukti telah banyak memakan korban anak-anak Amerika sendiri, mereka menderita kelainan syaraf, anak-anak cacat, diabetes, autis, autoimun dan lain-lain.
* Vaksin cacar dipercayai bisa memberikan imunisasi kepada masyarakat terhadap cacar. Pada saat vaksin ini diluncurkan, sebenarnya kasus cacar sudah sedang menurun. Jepang mewajibkan suntikan vaksin pada 1872. Pada 1892, ada 165.774 kasus cacar dengan 29.979 berakhir dengan kematian walaupun adanya program vaksin.
* Pemaksaan vaksin cacar, di mana orang yang menolak bisa diperkarakan secara hukum, dilakukan di Inggris tahun 1867. Dalam 4 tahun, 97.5& masyarakat usia 2 sampai 50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian Inggris merasakan epidemik cacar terburuknya dalam sejarah dengan 44.840 kematian. Antara 1871 – 1880 kasus cacar naik dari 28 menjadi 46 per 100.000 orang. Vaksin cacar tidak berhasil.
* Dan masih banyak lagi.

Mengapa vaksin gagal melindungi terhadap penyakit?

Walene James, pengarang buku Immunization: the Reality Behind The Myth, mengatakan respon inflamatori penuh diperlukan untuk menciptakan kekebalan nyata.

Sebelum introduksi vaksin cacar dan gondok, kasus cacar dan gondok yang menimpa anak-anak adalah kasus tidak berbahaya. Vaksin “mengecoh” tubuh sehingga tubuh kita tidak menghasilkan respon inflamatory terhadap virus yang diinjeksi.

SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) naik dari 0.55 per 1000 orang di 1953 menjadi 12.8 per 1000 pada 1992 di Olmstead County, Minnesota. Puncak kejadian SIDS adalah umur 2 – 4 bulan, waktu di mana vaksin mulai diberikan kepada bayi. 85% kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi. Persentase kasus SIDS telah naik dari 2.5 per 1000 menjadi 17.9 per 1000 dari 1953 sampai 1992. Naikan kematian akibat SIDS meningkat pada saat hampir semua penyakit anak-anak menurun karena perbaikan sanitasi dan kemajuan medikal kecuali SIDS.

Kasus kematian SIDS meningkat pada saat jumlah vaksin yang diberikan kepada balita naik secara meyakinkan menjadi 36 per anak.

Dr. W. Torch berhasil mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak-anak yang terjadi dalam 3,5 – 19 jam paska imunisasi DPT. Dia kemudian juga melaporkan 11 kasus kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24 jam paska injeksi DPT. Saat dia mempelajari 70 kasus kematian SIDS, 2/3 korban adalah mereka yang baru divaksinasi mulai dari 1,5 hari sampai 3 minggu sebelumnya.

Tidak ada satu kematian pun yang dihubungkan dengan vaksin. Vaksin dianggap hal yang mulia dan tidak ada pemberitaan negatif apapun mengenai mereka di media utama karena mereka begitu menguntungkan bagi perusahaan farmasi.

Ada alasan yang valid untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak berguna dalam mencegah penyakit, tetapi mereka juga kontraproduktif karena melukai sistem kekebalan yang meningkatkan resiko kanker, penyakit kekebalan tubuh, dan SIDS yang menyebabkan cacat dan kematian.

Lalu adakah imunisasi yang benar menurut Islam?

Ada! Bahkan Rasulullah sendiri yang mengajarkan dan merekomendasikannya.

Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr

Dari Asma’ binti Abu Bakr bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah ibn Zubair di Mekah mengatakan, “Saya keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke madinah, aku turun di Quba’ dan aku melahirkan di sana, lalu aku pun mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, maka beliau Shalallaahu alaihi wasalam menaruh Abdullah ibn Zubair di dalam kamarnya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam meminta kurma lalu mengunyahnya, kemudian beliau Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kurma yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair. Dan itu adalah makanan yang pertama kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kemudian beliau men-tahnik-nya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam pun mendo’akannya dan mendoakan keberkahan kepadanya.

Dalam shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy, “Anakku lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “maka beliau SAW mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.”

Seorang kakek men-tahnik cucunya yang belum lama dilahirkan

Ibu saya pernah mengatakan bahwa bayi dilahirkan dalam keadaan kekurangan glukosa. Bahkan apabila tubuhnya menguning, maka bayi tersebut dipastikan membutuhkan glukosa dalam keadaan yang cukup untuknya. Bobot bayi saat lahir juga mempengaruhi kandungan glukosa dalam tubuhnya.

Pada kasus bayi prematur yang beratnya kurang dari 2,5 kg, maka kandungan zat gulanya sangat kecil sekali, dimana pada sebagian kasus malah kurang dari 20 mg/100 ml darah. Adapun anak yang lahir dengan berat badan di atas 2,5 kg maka kadar gula dalam darahnya biasanya di atas 30 mg/100 ml.

Kadar semacam ini berarti (20 atau 30 mg/100 ml darah) merupakan keadaan bahaya dalam ukuran kadar gula dalam darah.

Hal ini bisa menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, seperti bayi menolak untuk menyusui, otot-otot bayi melemas, aktivitas pernafasan terganggu dan kulit bayi menjadi kebiruan, kontraksi atau kejang-kejang.

Terkadang bisa juga menyebabkan sejumlah penyakit yang berbahaya dan lama, seperti insomnia, lemah otak, gangguan syaraf, gangguan pendengaran, penglihatan, atau keduanya.

Apabila hal-hal di atas tidak segera ditanggulangi atau diobati maka bisa menyebabkan kematian. Padahal obat untuk itu adalah sangat mudah, yaitu memberikan zat gula yang berbentuk glukosa melalui infus, baik lewat mulut, maupun pembuluh darah.

Mayoritas atau bahkan semua bayi membutuhkan zat gula dalam bentuk glukosa seketika setelah lahir, maka memberikan kurma yang sudah dilumat bisa menjauhkan sang bayi dari kekurangan kadar gula yang berlipat-lipat.

Disunnahkannya tahnik kepada bayi adalah obat sekaligus tindakan preventif yang memiliki fungsi penting, dan ini adalah mukjizat kenabian Muhammad SAW secara medis dimana sejarah kemanusiaan tidak pernah mengetahui hal itu sebelumnya, bahkan kini manusia tahu bahayanya kekurangan kadar glukosa dalam darah bayi.

Tahnik sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah, atau dapat pula dilakukan ayah atau ibu sang bayi.

Penutup

Imunisasi yang selama ini digembar-gemborkan oleh Zionis dapat berdampak kepada masalah yang sangat serius bagi kehidupan penduduk dunia. Mereka yang bertujuan untuk menjadikan ras lainnya berada di bawah kekuasaan mereka dengan berbagai cara. Sudah cukup adik laki-laki saya yang menjadi korban konspirasi imunisasi ini. Kini saatnya kita membuka mata dan bertanya pada hati nurani kita dengan berbagai propaganda yang mereka lakukan.

Bahkan Allah telah menyuruh kita berhati-hati terdadap berita dari mereka :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Qur’an surah Al-Hujuraat (49) : 6

Masih banyak sumber yang belum saya paparkan di sini. Termasuk bagaimana teknologi pengetahuan Islam menyingkap bagaimana setan dapat menjadikan manusia menjadi jahat melalui makanan yang haram yang kita konsumsi. Insya Allah lain waktu saya dapat menjelaskannya.

Semoga Allah memberkahi dan melindungi kita semua. Tri.M

Perang Rokok RI-AS

Sejak tahun 1970-an, konsumsi rokok di Amerika Serikat menurun drastis karena meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Jumlah perokok yang semula mencapai 46 persen dari penduduk AS pada tahun 1950 turun menjadi 21 persen tahun 2004. Penurunan jumlah perokok itu juga diikuti jumlah penderita kanker paru sejak tahun 1960.
Penurunan konsumsi rokok itu meresahkan industri rokok. Maka, sejak 1975 mereka membuka pasar luar negeri, terutama negara-negara yang belum sadar akan bahaya rokok bagi kesehatan. Ekspor Philip Morris, RJ Reynolds, dan Brown Williamson meningkat tiga kali lipat tahun 1994 dibandingkan tahun 1975, dari 50 miliar dollar AS menjadi 220 miliar dollar AS.

Upaya mereka itu mendapat dukungan Pemerintah AS yang melakukan negosiasi dengan negara lain berdasarkan perjanjian GATT. Di antara empat negara Asia yang dibujuk untuk mengimpor rokok AS, hanya Thailand yang berani menolak atas alasan melindungi kesehatan rakyat yang sah menurut GATT.

Indonesia menyerah tanpa syarat kepada tekanan AS dan membuka pintu seluas-luasnya industri rokok AS ke Indonesia. Mereka bebas mengiklankan rokok tanpa ada batasan meski di negaranya banyak dibatasi.

UU baru
Pembatasan pemasaran rokok di AS sudah banyak dilakukan oleh negara-negara bagian. Tetapi, sebegitu jauh belum ada undang-undang federal yang dapat digunakan untuk membatasi konsumsi rokok secara menyeluruh.

Beberapa waktu lalu, Presiden Obama menandatangani UU berjudul Family Smoking Protection and Tobacco Control Act. Dalam pidatonya, Obama mengatakan, ”Setelah berpuluh tahun kita berjuang untuk melindungi anak-anak kita dari dampak rokok, akhirnya kini kita menang. Telah lama kita mengetahui bahwa rokok adalah adiktif, berbahaya, dan mematikan. Setiap tahun, orang Amerika membayar 100 miliar dollar tambahan untuk membiayai penyakit akibat tembakau. Tiap hari sekitar 1.000 remaja menjadi pencandu rokok. Undang-undang ini akan menyelamatkan jiwa rakyat Amerika.”

Dengan UU itu, kini FDA berwenang mengatur peredaran produk tembakau di Amerika Serikat. Ada beberapa langkah yang diamanatkan UU itu, yaitu pertama, dalam tiga bulan setelah UU ini berlaku, FDA akan mengharuskan industri rokok menyerahkan daftar isi kandungan rokok secara lengkap kepada Pusat Pengendalian Produk Tembakau yang akan dibentuk. Kelak semua rokok yang dijual di AS harus mencantumkan semua zat kimia yang terkandung di dalam sebatang rokok.

Kedua, juga dalam waktu tiga bulan, FDA akan mengeluarkan larangan produk tembakau diberi tambahan rasa.

Ketiga, dalam waktu satu tahun, FDA akan melarang pemasaran dan penjualan rokok kepada anak-anak, melarang penggunaan kata light, mild, dan low tar pada rokok serta memperbesar peringatan kesehatan pada kemasan rokok dari 30 persen menjadi 50 persen.

Mengenai istilah mild, light, dan low tar, sebelumnya telah keluar keputusan pengadilan tinggi Washington DC yang menyatakan, pabrik rokok telah melakukan pembohongan publik dengan kata-kata itu.

Kretek

Dikabarkan, dalam zat yang akan dilarang dicampurkan ke rokok adalah cengkeh. Keputusan ini akan memukul ekspor kretek dari Indonesia ke AS yang kini bernilai sekitar 100 juta dollar AS per tahun. Khawatir bahwa UU AS yang baru itu akan merugikan Indonesia, Dubes Indonesia di AS, Sudjadnan Parnohadiningrat, mengirim surat keberatan dan mengancam akan membawa masalah ini ke WTO.

Sebaliknya, pihak AS membantah bahwa ketentuan pelarangan cengkeh dalam rokok itu bertentangan dengan WTO karena tujuan peraturan itu bukan untuk melindungi industri rokok dalam negeri, tetapi untuk melindungi kesehatan rakyat. Untuk itu AS mempunyai bukti berupa hasil penelitian Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) yang menunjukkan, cengkeh dalam rokok membuat lebih banyak lagi nikotin, karbon monoksida, dan tar yang masuk paru-paru dibandingkan rokok biasa. Alasan itu dapat menyanggah tuduhan Indonesia bahwa AS telah melakukan diskriminasi yang melanggar WTO, kata Claude Barfield dari American Enterprise Institute.

Jika WTO meluluskan alasan itu, sekali lagi Indonesia kalah dalam perang rokok melawan AS. Thailand berhasil menggunakan alasan melindungi kesehatan rakyatnya dalam menolak tekanan AS. Kini AS menggunakan dalih yang sama dalam melawan tekanan Pemerintah RI.

Sebaliknya, selama ini Pemerintah Indonesia lebih memilih melindungi industri rokok daripada kesehatan rakyat. Pemerintah, antara lain, menolak menandatangani Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dari WHO dan menolak membuat undang-undang pengendalian dampak tembakau. Semua itu demi melindungi industri rokok. Jika negara lain, termasuk AS, memilih melindungi kesehatan rakyat dari dampak rokok, Pemerintah Indonesia memilih tidak peduli terhadap hal itu.

Kini masalah diperparah dengan diakuisisinya 85 persen kepemilikan Bentoel oleh British American Tobacco (BAT). Mungkin kita mengira hal itu akan membuka peluang kerja lebih besar bagi buruh Indonesia. Suatu hal yang belum tentu jika ada mekanisasi pembuatan rokok. Yang pasti BAT akan meneruskan produksi kretek sebagai andalan Bentoel selama ini dan pemasarannya pasti dipusatkan di dalam negeri karena ekspor kretek akan kian sulit.

Dengan kata lain, dengan PM dan BAT menguasai saham terbesar industri rokok di Indonesia, berarti sebagian besar keuntungan akan dibawa ke luar negeri. Yang ditinggalkan di Indonesia hanya penyakit akibat rokok. Jika itu terjadi, Indonesia tiga kali kalah dalam perang rokok ini.

Kartono Mohamad Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Sumber; KOMPAS.com,Sabtu, 27 Juni 2009

Ternyata Rokok Tidak Berbahaya

Disekitar kita tidak sedikit dari mereka yang kawatir akan bahaya merokok bahkan ada yang sangat takut dengannya. Saya berharap mulai sekarang mereka tidak perlu kawatir dan merasa takut lagi. Karna dari penyelidikan beberapa pakar kesehatan mengatakan rokok itu sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan mereka berusaha membuktikannya dengan kisah-kisah yang sudah lama terpendam sejak zaman dahulu kala. Dari kisah-kisah yang mereka selidiki, ternyata nenek moyang kita secara tidak sengaja telah menemukan bukti bukti bahawa rokok tidak berbahaya bagi si-pengisap rokok, bahkan kenyataannya pengisap rokok tetap sehat walafiat.

Di zaman dahulu kala, ada tiga orang bersahabat. Mereka selalu bersama kemana saja mereka pergi. Tapi ketiga-tiganya memiliki kegemaran berlainan.

Si - A (suka main perempuan)
Si - B (suka minum minuman keras)
Si - C (suka segala jenis rokok)

Suatu hari ketiga bersahabat ini berjalan jalan tanpa tujuan. Tiba-tiba ketiganya bertemu dengan sebuah ketel/kendi (seperti cerita Aladin). Lalu salah seorang mengambilnya lalu meng-gosok-gook-kan ketel tersebut. Kemudian asap keluar dari corong ketel tersebut dan secara perlahan berganti menjadi satu makluk yang menyeramkan yakni sesosok jin yang ganas.

Lalu jin tersebut tertawa: "ha ha ha..." dan berkata "Akulah Jin Ifrit! Karena kamu telah membebaskan aku dari ketel itu maka aku akan tunaikan apa saja permintaan kamu sekalian".

Ketiga sahabat yang pada mulanya panik dan takut menjadi gembira lalu termenung dan berpikir tentang peluang dan kemauan masing-masing yang mungkin hanya sekali mereka jumpai dalam hidup mereka. Lalu mereka memilih kemauan mengikuti "kegemaran" masing-masing.

Berkatalah si A, "Aku mau perempuan-perempuan muda dari berbagai bangsa di seluruh dunia dan letakkan dalam sebuah gua tertutup dan jangan ganggu aku selama 10 tahun. "Pufff ........!! dengan sekejap mata jin itu menyempurnakan permintaan si A.

Berkata si B, "Aku mau semua jenis arak dari seluruh dunia untuk bekal selama sepuluh tahun dan letakkan dalam sebuah gua tertutup dan jangan ganggu aku selama 10 tahun." Pufff ......... !! dengan sekejap mata jin itu menyempurnakan permintaan si B.

Berkata pula si C, "Aku mau semua jenis rokok dari seluruh dunia untuk bekal selama sepuluh tahun dan letakkan dalam sebuah gua tertutup dan jangan ganggu aku selama 10 tahun. Pufff .......... !! dengan sekejap mata jin itu menyempurnakan permintaan si C.

Setelah genap 10 tahun, maka jin tersebut muncul kembali untuk membuka pintu gua masing-masing sebagaimana yang dijanjikan.

Maka jin tersebut pergi membuka pintu gua si A, ketika dibuka maka keluarlah si A dengan keadaan kurus kering, berdiri pun tidak bisa karena tidak sanggup untuk menggerakkan lutut sebab hari-hari hanya memuaskan nafsu dengan perempuan. Tiba-tiba si A pun jatuh ketanah lalu mati!!

Setelah itu jin tersebut pergi ke gua si B, ketika pintu dibuka maka keluarlah si B dengan perut yang sangat buncit karena hari-hari mabuk-mabukan. Jalan pun terhuyung-huyung. Tiba-tiba si B pun jatuh ketanah lalu mati !!

Setelah itu jin pergi ke gua si C dan membuka pintu gua. Tiba2 si C keluar dalam keadaan SEHAT WAL'AFIAT dan terus menampar si jin, Sambil memaki si jin ia berkata:
JIN GOBLOOOKK ....!!!! KOREKNYA MANA ...

Hypertension

Empat hari setelah pelatihan KRS (Kadet Remaja Musleh) di Taman Botani Nagara, saya lansung mudik ke Payakumbuh. Ternyata liburan dua hari di rumah waktunya terlalu sempit, apalagi dengan bolak balik ke Padang Panjang untuk urusan tesis. Tetapi saya masih sempat untuk cek kesehatan di rumah sakit, dan hasilnya sangat mengejutkan sekali karena tekanan darah sudah mencapai 140. Karena penasaran, akhirnya aku menemukan artikel yang sangat bermanfaat mengenai darah tinggi. . . Berikut artikelnya :

Tekanan Darah Tinggi Bukan Penyakit (Erabaru.or.id)

Selama ini seringkali penyakit tekanan darah tinggi diobati dengan minum obat penurun darah, akibatnya justru sebaliknya bahkan bisa stroke. Sebaliknya pengobatan tradisional Tiongkok mengobatnya dengan cara memperlancar saluran darah, sehingga hasilnya lebih baik.Tingkat usia sebagai batasan terjadinya tekanan darah tinggi kian hari semakin tidak berpengaruh. Ilmu kedokteran Barat sekarang mengatakan ada dua kategori tekanan darah tinggi yakni yang terjadi dari penyebab langsung dan yang terjadi sebagai efek sampingan. Sesungguhnya dalam ilmu pengobatan tradisional Tionghoa, pada zaman dahulu tekanan darah tinggi tidak disingung. Tidak menganggap tekanan darah tinggi sebagai sebuah penyakit. Namun, ilmu kedokteran sekarang menganggap tekanan darah tinggi sebagai sebuah penyakit, padahal semestinya adalah suatu gejala penyakit saja, sebuah gejala dari multipenyakit.

Pada dasarnya sejumlah penyakit tertentu, misalnya penyakit ginjal, hipertiroidis (penyakit fungsi kelenjar gondok meningkat) dan lain sebagainya dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Sebagian besar, disebabkan sakit sehingga mengakibatkan naiknya tekanan darah, dengan demikian ini merupakan efek samping. Asalkan penyakitnya sembuh, tekanan darah akan turun dengan sendirinya. Selain itu, ada lagi yang disebut tekanan darah tinggi yang terjadi dari penyebab langsung, yaitu bukan disebabkan dari sejumlah penyakit, melainkan tekanan darah tinggi yang hanya berhubungan dengan pembuluh darah dan jantung saja.

Sebenarnya, cuaca yang dingin juga mungkin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, juga minum minuman beralkohol atau perasaan tegang, perasaan risau dan lain sebagainya. Semua ini juga mungkin menyebabkan tekanan darah tinggi. Dalam lingkup ilmu pengobatan tradisional Tiongkok, menurut Dokter Hu Naiwen dari Tong Deiang, Shanghai, China sebenarnya tidak dilakukan pembagian sebab penyakit darah tinggi seperti itu.

Kekurangan Oksigen
Ketika pasien mengidap tekanan darah tinggi, dr. Hu Naiwen selalu bertanya, apakah ada komplikasi lain? Jika ada beritahu sekaligus gejala penyakit lainnya. Tidak perlu khusus menangani tekanan darah tinggi, hasilnya malahan lebih baik. Sebab menurut pengamatannya, sebagian besar orang yang bertekanan darah tinggi punya kondisi demikian, dijelaskan gejala penyakitnya, dan anda sendiri juga bisa menganalisis sejenak penyakit apa sebenarnya?

Ada seseorang yang mukanya tampak merah, lehernya mengeras, detak jantung bertambah cepat, dan mengantuk. Jika anda melihat pasien seperti ini, dan anda tinjau dari sisi penyakit, bagaimana anda dapat menganalisisnya? Inilah gejala kekurangan oksigen. Namun, tahukah anda, penyakit tekanan darah tinggi gejalanya juga demikian. Lantas, apa hubungannya? Sesungguhnya satu hal yang sama. Kedua hal ini, mana yang merupakan sebab dan mana akibat?

Karena otak kekurangan oksigen, maka menyebabkan gejala tekanan darahnya tinggi. Saat kekuranga oksigen, perlu oksigen yang cukup untuk disuplai ke dalam otak, dan disaat demikian, untuk mencapai keseimbangan itu, jantung akan berdenyut dengan kekuatan yang lebih besar untuk memompakan darah ke otak. Sebelum memasukkan darah secukupnya, tekanan darah yang terukur sepertinya agak naik. Sebentar kemudian darah bisa mengalir masuk ke dalam otak, dan jika darah yang disuplai ke otak terpenuhi, oksigen dan zat lainnya terpenuhi, dengan sendirinya tekanan darah akan turun. Ini adalah konsep keseimbangan.

Jika otak atau organ lainnya kekurangan oksigen, maka jantung dengan kekuatan yang lebih besar, akan memompa darah ke dalam otak atau memompanya ke hati atau ke bagian organ lainnya. Ketika darah tidak dapat tersalur ke organ-organ, ditilik dari ilmu pengobatan tradisional Tiongkok adalah dikarenakan darah yang membeku, terhambat mengalirnya.

Misalnya, leher adalah sebuah saluran, leher mempunyai sebuah pembuluh nadi, dan darah disalurkan ke otak melalui pembuluh nadi leher. Tetapi, pada saluran yang naik ke pembuluh nadi leher, jika ada bagian yang tersumbat itulah yang dimaksud darah membeku dan tidak dapat mengalir, darah yang masuk terhambat, dengan begitu otak bisa kekurangan oksigen. Dengan demikian, diperlukan kekuatan yang lebih besar untuk memompanya sehingga kelihatan tekanan darah menjadi tinggi.

Cara Salah Menangani
Umumnya orang yang mengidap tekanan darah tinggi selalu mengkonsumsi obat penurun tekanan darah. Namun, ketika darah anda terhambat, lalu anda mengkonsumsi obat penurun tekanan darah, lantas apa darah itu sudah pasti bisa melewatinya? Tentu saja tidak! Itu juga yang menjadi alasan, mengapa mengonsumsi obat penurun tekanan darah, hasilnya justru sebaliknya malah membuat tekanan darah semakin tinggi. Sebab dengan menurunkan tekanan darah, darah di dalam otak malah semakin berkurang. Saat demikian, otak tetap saja tidak memiliki oksigen dan zat yang cukup, karena itu, jantung terpaksa menggunakan kekuatan yang lebih besar untuk menekannya. Meski jantung anda telah berupaya semaksimal mungkin, tetap saja tidak bisa mendukung darah masuk ke otak untuk memperkuat otot jantung mengalirkan darah ke organ yang ditujunya. Akibatnya, otot jantung akan menjadi semakin besar, sehingga terjadilah apa yang disebut pembesaran otot jantung.

Kalau otot jantung menjadi besar, lebih mudah menyebabkan tekanan darah tinggi menajdi bersifat permanen. Jika ada sedikit kerapuhan pada pembuluh darah otak (sisi dalam dinding pembuluh darah menghimpun sejumlah besar kolesterol sehingga dinding berubah menjadi lebih rapuh), maka lebih mudah pecah dan mengakibatkan perdarahan otak. Kaitan tekanan darah tinggi dengan stroke terletak di sini. Begitulah pengertian salah terhadap tekanan darah.

Para dokter menganggap, bila tekanan darah naik harus diturunkan. Begitu pula dengan pasien sekarang selalu menganggap, bila tekanan darah naik, harus diturunkan. Bila berobat ke dokter, dan tidak diberi resep obat penurun tekanan darah, pasti merasa tidak puas. Umumnya orang akan merasa, jika tekanan darah tidak turun, mungkin dapat menyebabkan stroke. Akibatnya, demi menurunkan tekanan darah malah mengakibatkan kekurangan oksigen pada otak, sehingga akhirnya sistem keseimbangan tubuh membuat tekanan darah semakin tinggi dan semakin mudah membuat penderita terkena stroke.

Cara Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional Tiongkok terhadap penderita tekanan darah tinggi berbeda dengan pengobatan modern. Adalah menggunakan obat untuk memperbaiki peredaran darah dalam organ atau otak, supaya rongga pembuluh darah di sana sedikit membesar, dan menghilangkan darah beku yang tidak mengalir dalam perjalanan aliran darah sehingga dengan sendirinya darah akan lebih mudah lewat Bila darah sudah mengalir, maka secara otomatis tekanan darah akan menjadi normal secara permanen, bukannya menurunkan tekanan darah.

Sebenarnya sangatlah tepat jika ditinjau dari sudut pengobatan tradisional Tiongkok, saat ini seharusnya kita renungkan sejenak, sinshe sekarang juga kerap berdasarkan pandangan kedokteran Barat, yaitu menggunakan obat menurunkan tekanan darah. Kalau begitu, bukankah itu berarti manfaat dari pengobatan tradisional Tiongkok malah tidak berguna?

(Sumber: Dajiyuan)

SIGNS OF POISONS IN THE EYE

The mineral elements discussed in the previous chapter are normally present in animal and human bodies and therefore are not poisonous in themselves unless ingested in the inorganic mineral form. There are, however, many inorganic and organic substances so inimical to health and life that Nature never designed either animal or human bodies to receive them as foods or medicine.

They are always poisonous to the system, even when taken in small quantities, and have a strong tendency to accumulate in parts and organs for which they exhibit particular affinity. Their presence and location is shown in the iris by well defined signs and discolorations as presented in the color plate on page 116. In the following I shall describe some of the best known and most widely used of these poisons, their signs in the iris and their effects upon the system.

Difficulties the Iridologist Must Meet

In the majority of cases the iris plainly displays signs of poisonous substances. However, when the diagnostician describes these poison records in the iris, the patient frequently denies with vehemence ever having taken "anything of the kind". He is unmindful of the following facts:

First, that poisons are absorbed and thereafter remain indefinitely in certain parts of the system unless eliminated by radical methods.

Second, that in the treatment of some "trifling children's disease", frequently enough poisons are given to affect the vital organs and the iris for life.

Third, that poisons may be absorbed not only from patent medicines and remedies prescribed by physicians, but in various other ways, as lead from water pipes and glassware, from paints and printer's type; mercury in mines, smelters, mirror factories and from cosmetics; arsenic from green colors, wall paper, stuffed animals, etc. Almost every known poison is now used extensively in the arts and industries and in the preparation of multitudinous foods and other articles for daily use.

Reports of government chemists in Washington, whose duty it is to examine food products for purity and quality, reveal astonishing conditions. They show that almost every kind of food for sale in grocery and market is contaminated or adulterated with deleterious substances, inorganic minerals, anilin dyes and various sorts of chemicals and poisons.

Comments like the following by Dr. Wiley are common in magazines and the daily press, and are of interest in this connection:

"Professor Wiley's reference was particularly to the anilin dyes, derived from coal tar, which are used for coloring jellies and wines, as well as a great number of other food products and drinkables. Not long ago the Bureau of Chemistry dyed experimentally a number of pieces of white silk with chemical colors obtained from various liquors and articles of diet put up for commercial purposes.

"Preserved cherries, utilized in this manner, furnished a yard of pink silk; currant jam a yard of salmon silk; port wine a yard of purple silk; Burgundy wine a yard of magenta silk; tomato catsup a yard of light red silk, etc. The "rosaline" used for coloring corned beef and sausage gave a dye of a beautiful and brilliant red. But in this line nothing has been found so suggestive of the rainbow as soda water syrups, which, taken in a bunch, are a chemical polychrome.

''The cheap candies which the children buy are of times most deleterious, containing clay, arsenic, sulphate of copper, and even prussic acid. Also, they are colored with the deadly anilin dyes. Many of the cheaper brands of chocolate on the market are composed mainly of starch and animal fat. They do not taste much like chocolate, but they easily pass for it, with the addition of oxid of iron--that is to say, iron rust--to give the requisite color.

"One plate of cheap ice cream analyzed at the Bureau of Chemistry was found to contain as much fusel oil as five glasses of bad whisky. Of strawberry flavor, or what passed for such, it was in truth a chemical compound.

"A medicinal dose of sulphate of copper is three grains. Eat three small, artificially greened pickles, and you will get an equal quantity of this dangerous chemical. The salts of copper and zinc are commonly employed to give a green color to peas, beans and other vegetables preserved for market in cans or glass jars."

Reports like the foregoing explain how certain poison signs may appear in the iris, even when the victim is unaware of "ever having taken such things".

Many people believe that the passage of the Pure Food Law has done away with wholesale food poisoning. They are seriously mistaken. All that the Pure Food Law prohibits is the use of poisonous substances in quantities large enough to injure the human body immediately. The law does not take into consideration the fact that the destructive effects may be cumulative and remote. In this respect the government falls into the same error as the medical profession. This is not to be wondered at since representatives of the allopathic school of medicine have assisted in framing these laws.

A single dose of a certain drug poison given as medicine or used as a food preservative may not be harmful, but these poisons, as proved by the records in the iris, have a tendency to accumulate in the system in certain parts or organs for which they exhibit a special affinity. Therefore many small consecutive doses of poisonous medicines or food preservatives or adulterants will in time produce the effect of a big dose. This explains the presence of the signs of boric acid salicylites, copper, lead, zinc, coal tar poisons, etc., in the eyes of people who "do not know of ever having taken these things".


Doctors Don't Believe in Giving Strong Medicines

Some time ago in a public clinic I detected in the iris of a young man the evidences of strychnin, iodin, quinin and mercury. He strenuously denied having taken so many poisons.

"My doctor," said he, "does not believe in giving strong medicines, and I am sure I have never taken all that stuff."

I asked him to bring to the next clinic some of his doctor's prescriptions. A few days later he complied with the request and brought two of the most recent ones. Both contained three of the poisons which the diagnosis had revealed in the iris. Of course he had taken the same drugs many years ago. Otherwise they would not have shown in the iris at the time of the diagnosis.


Records in the Iris More Reliable Than Memory

The following incident illustrates that the records in the iris are frequently much more reliable than the memory of the patient. Several years ago an elderly woman came for diagnosis and treatment. The outer margins of her iris showed distinctly the whitish flakes of arsenic (Color plate, Fig. b, p. 116) and in the left cerebrum a heavy red blotch of iodin. Referring to the signs of arsenic, I said to her, "You suffer with severe pains all over your body and your muscles are sensitive to touch."

She acknowledged that "rheumatism" and multiple neuritis had for many years been the curse of her life. Referring to the iodin spot in the left brain, I continued my diagnosis: "You must have had severe chronic left side headaches."

This she also confirmed. For twenty years she had never been free from an excruciating headache; as she expressed it, "It often seemed my head would split in two."

Naturally she wished to learn the cause of her long continued suffering, but when I informed her that arsenic and iodin were responsible for her "rheumatism" and chronic headaches, she denied ever having taken these drugs.

"In my younger years," said she, "before these ailments developed, I was a strong, healthy girl and never took medicines of any kind. How could arsenic and iodin have caused these troubles?"

A few weeks later, however, in consultation she inadvertently remarked that her husband, who was a musician, employed his leisure hours by stuffing the skins of wild animals.

"Did he use arsenic in his taxidermic work?" I inquired.

"Oh, yes," she answered. "He often explained to me that his animals were so well preserved because he used large quantities of arsenic in their preparation."

"Did you have many of these animals around the house?"

"They were in the parlor, sitting room and in the bedrooms." .

Noticing my smile, she added, "I see now where the arsenic and the 'rheumatism' came from."

I then continued, "Now, let us find out where the iodin came from."

Her interest in the diagnosis being thoroughly aroused, she cogitated a few moments over past experiences and then exclaimed, "How could I have forgotten? Twenty five years ago, when a servant in Berlin, I accidentally hurt my knee. A painful swelling followed. The cook told me to go into her room and take some medicine that had cured her rheumatism and would be just the thing for my knee."

"Acting on the suggestion, I took a good swallow from the cook's bottle. That was the last I remembered for several days. When I regained consciousness I was told that the medicine was a strong preparation of iodin for external use only."


Latin Names to Cover Ignorance

Prospective patients expect to hear from us the same old familiar Greek and Latin names which they have heard from other doctors, professors and specialists. If the diagnostician from the iris fails to employ the same familiar terms, they are skeptical of the diagnosis.

Suppose a doctor, listening to a patient who describes his changing aches and pains should say to him, "My dear sir, you suffer with moving pains," the patient would answer indignantly, "I know that myself; I want to know what my disease is." If the doctor tells him he has "rheumatism", which (in English) means nothing more nor less than "moving pains", his client is perfectly satisfied, pays his fee and goes home well pleased that he now knows what ails him. He has "rheumatism".

Several weeks ago a woman came to me for diagnosis. The iris revealed the greenish wreath of mercury in the region of brain and spinal cord. The areas of stomach, bowels and liver were dark brown. The following conversation took place:

"For many years you have been suffering from indigestion, chronic constipation and sluggishness of the liver. To better conditions, you have taken a great deal of calomel."

"It is the only way I can keep my bowels open and my liver active." "Of late years you have had shooting pains in the back, the lower limbs and around the stomach. The calomel, which is mercury, is causing inflammation of the spinal cord."

The woman confirmed every symptom revealed by the records in the eyes, but did not return for treatment. Several days later a friend of hers informed me that she was not at all satisfied because I had failed to tell her she had rheumatism. "Every other doctor has told me I have rheumatism," she had complained, "and if the diagnosis from the iris cannot show that much it is not to be relied upon." As a matter of fact she is in the advanced stages of locomotor ataxia.


Not All Conditions in the Body Visible in the Iris

As before stated, not all poisons taken, injuries sustained, nor all pathological lesions show in the iris. Many times we are disappointed by not finding the lesions we are looking for. Drug poisons may be eliminated from the system in some cases more readily than in others. Individuals differ greatly in drug tolerance. That is, some eliminate certain poisons very readily and very thoroughly while others are permanently affected by even small doses.

Hahnemann, speaking of mercury, said, "Some people are so susceptible to this drug that even a few doses of it make them 'weather prophets' for life."

Iridology is a comparatively new science and many things about it remain to be discovered and to be explained. We do claim, however, that the well proven facts which we already possess are sufficient to make this new science of immense value to the diagnostician and physician.


Alteratives

Mercury, iodin and arsenic are the principal alteratives. The multitudinous preparations of these drugs are used by the allopathic school principally in the treatment of syphilis. Should you ask a doctor how these drugs cure disease, if truthful he would have to answer, "We do not know." Sajous tries to explain the action of mercury and other alteratives by saying they stimulate the activity of the ductless glands. For this assertion, however, he cannot produce the slightest proof.

A medical dictionary which I have before me gives the following definition: "Alteratives are certain remedies that alter the course of morbid conditions in some way not yet understood, perhaps by promoting metabolism. We know, for instance, that mercury cures syphilitic sores or arsenic chronic skin diseases, but we do not know how or why."

The solution of the problem seems so obvious that it is hard to understand how and why it has baffled medical science so long. The fundamental law of cure will help us to solve the mystery. According to this law all acute diseases are the result of Nature's efforts to expel inner latent morbid encumbrances. In other words, acute diseases represent increased and specialized activity of vital force.

When we introduce into the system, in the form of mercury, iodin or arsenic, a stronger and more dangerous enemy than the constitutional disease taint which Nature is trying to eliminate, then the healing forces, like good tacticians, leave the weaker foe for a time and turn to repel the new and more dangerous invader.

A man attacked by a child easily defends himself, but when confronted by a powerful adult, turns from the weaker foe to the stronger. Similarly the healing forces of the human organism turn from their fight against local or constitutional disease taint to defend themselves against the stronger drug poison. The disease taints recede into the system, the surface symptoms disappear, the patient thinks he is cured, but the doctor knows better because in medical college he has been taught "Never guarantee a cure".

After a while Nature may reassert herself and make another attempt to eliminate the disease poisons. Again and again her benevolent efforts are suppressed until the entire organism is saturated with mercury or other alteratives to the point where vital force, weakened and defeated in every quarter, can no longer react against the disease taints.

This process of progressive poisoning may have to be maintained for two or three years before vital force is effectually defeated and bound; then the patient is told he "may now safely marry".

What is the real state of affairs? The outward manifestations of healing activity, the scrofulous, syphilitic or tuberculous sores, the itch or eczema have disappeared from the surface, but these disorders are by no means cured. On their retreat into the interior, the danger from the disease taints is always great and it often happens that they invade and destroy vital parts and organs. The external discharge or ulcer may become internal tuberculosis or cancer.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More